Dataran Tinggi Dieng
Kawasan Dieng di Jawa Tengah berasal dari kata Di-Hyang atau “tempatnya para dewa”. Lokasinya yang berada di kawasan vulkanik aktif Dieng (sekitar 2000 mdpl) membuat tempat ini bagaikan negeri di awan. Udara yang sejuk, pemandangan alam yang masih hijau ditambah dengan kekayaan kuliner yang khas membuat saya tertarik untuk pergi ke Dieng bulan lalu.
Sebenarnya ada tiga kompleks candi di Dieng, yaitu kelompok Arjuna, kelompok Gatotkaca, kelompok Dwarawati. Selain itu masih ada beberapa candi yang berdiri sendiri, yaitu Bima, Gatotkaca, Dwarawati, Parikesit, Sentyaki, Ontorejo, dan lain-lain.
Salah satu kompleks candi tertua di Jawa Tengah, Arjuna adalah yang terbesar dan paling banyak menarik wisatawan. Di kompleks ini terdapat beberapa candi, yaitu Arjuna, Semar, Puntadewa, Sembadra, dan Srikandi. Tidak jelas siapa yang pertama kali menamainya candi-candi ini dengan nama tokoh pewayangan.
Candi-candi ini pertama kali ditemukan dalam kondisi terendam rawa pada tahun 1814 oleh seorang tentara Inggris bernama Van Kinsbergen.
Candi-candi di Plato Dieng merupakan candi Hindu tertua di Jawa, dibangun sekitar tahun 809. Di Candi Srikandi terdapat patung Trimurti, yaitu Shiwa, Brahma, Wisnu. Arsitektur candi-candi Dieng terpengaruh oleh gaya India.
Dari lokasi parkir, saya harus berjalan sekitar 5 menit untuk mencapai Candi Arjuna. Kompleksnya cukup terawat, dengan rumput hijau mengelilingi candi-candi yang berada di situ. Tercium bau dupa yang dibakar di dalam candi.
Selain candi-candinya, yang paling membuat saya tertarik adalah adanya beberapa orang yang menggunakan kostum wayang. Ternyata wisatawan dapat berfoto dengan mereka, hanya Rp5000 dengan kamera pribadi, dan Rp10 ribu dengan kamera langsung jadi. Tampaknya ide ini cukup kreatif, karena pengunjung tak mau melewatkan kesempatan untuk berfoto dengan para wayang ini.
Setelah melalui komplek utama Anda dapat melanjutkan untuk berjalan kaki ke sebuah lokasi yang lebih kecil. Di sini ada banyak batu candi yang masih berserakan belum ditata kembali.
Sebelum memasuki kawasan Candi Arjuna, Anda akan bertemu dengan kompleks Candi Gatotkaca yang terletak di pinggir jalan.
Sementara itu di seberang jalan terdapat Museum Kailasa, harga tiket masuknya Rp5000. Di museum ini Anda dapat melihat peninggalan berupa arca. Selain itu pengunjung juga dapat menonton film dokumenter yang menceritakan tentang Dieng dan tradisinya.
Sementara itu Candi Bima terletak di jalan menuju ke Telaga Warna. Saat ini candi tersebut tengah direnovasi.
Bile berkunjung ke Dieng, jangan lewatkan kesempatan mencicipi hidangan kuliner khas dataran tinggi ini. Salah satunya adalah mie ongklok, khas Wonosobo. Yang lainnya adalah buah carica, bentuknya mirip pepaya namun dalam ukuran yang jauh lebih kecil. Selain itu ada pula minuman purwaceng, yaitu sejenis rempah yang ditemukan di Dieng, kabarnya dapat berfungsi seperti Viagra bagi kaum laki-laki.
Sebenarnya ada tiga kompleks candi di Dieng, yaitu kelompok Arjuna, kelompok Gatotkaca, kelompok Dwarawati. Selain itu masih ada beberapa candi yang berdiri sendiri, yaitu Bima, Gatotkaca, Dwarawati, Parikesit, Sentyaki, Ontorejo, dan lain-lain.
Salah satu kompleks candi tertua di Jawa Tengah, Arjuna adalah yang terbesar dan paling banyak menarik wisatawan. Di kompleks ini terdapat beberapa candi, yaitu Arjuna, Semar, Puntadewa, Sembadra, dan Srikandi. Tidak jelas siapa yang pertama kali menamainya candi-candi ini dengan nama tokoh pewayangan.
Candi-candi ini pertama kali ditemukan dalam kondisi terendam rawa pada tahun 1814 oleh seorang tentara Inggris bernama Van Kinsbergen.
Candi-candi di Plato Dieng merupakan candi Hindu tertua di Jawa, dibangun sekitar tahun 809. Di Candi Srikandi terdapat patung Trimurti, yaitu Shiwa, Brahma, Wisnu. Arsitektur candi-candi Dieng terpengaruh oleh gaya India.
Dari lokasi parkir, saya harus berjalan sekitar 5 menit untuk mencapai Candi Arjuna. Kompleksnya cukup terawat, dengan rumput hijau mengelilingi candi-candi yang berada di situ. Tercium bau dupa yang dibakar di dalam candi.
Selain candi-candinya, yang paling membuat saya tertarik adalah adanya beberapa orang yang menggunakan kostum wayang. Ternyata wisatawan dapat berfoto dengan mereka, hanya Rp5000 dengan kamera pribadi, dan Rp10 ribu dengan kamera langsung jadi. Tampaknya ide ini cukup kreatif, karena pengunjung tak mau melewatkan kesempatan untuk berfoto dengan para wayang ini.
Setelah melalui komplek utama Anda dapat melanjutkan untuk berjalan kaki ke sebuah lokasi yang lebih kecil. Di sini ada banyak batu candi yang masih berserakan belum ditata kembali.
Sebelum memasuki kawasan Candi Arjuna, Anda akan bertemu dengan kompleks Candi Gatotkaca yang terletak di pinggir jalan.
Sementara itu di seberang jalan terdapat Museum Kailasa, harga tiket masuknya Rp5000. Di museum ini Anda dapat melihat peninggalan berupa arca. Selain itu pengunjung juga dapat menonton film dokumenter yang menceritakan tentang Dieng dan tradisinya.
Sementara itu Candi Bima terletak di jalan menuju ke Telaga Warna. Saat ini candi tersebut tengah direnovasi.
Bile berkunjung ke Dieng, jangan lewatkan kesempatan mencicipi hidangan kuliner khas dataran tinggi ini. Salah satunya adalah mie ongklok, khas Wonosobo. Yang lainnya adalah buah carica, bentuknya mirip pepaya namun dalam ukuran yang jauh lebih kecil. Selain itu ada pula minuman purwaceng, yaitu sejenis rempah yang ditemukan di Dieng, kabarnya dapat berfungsi seperti Viagra bagi kaum laki-laki.
Komentar
Posting Komentar